The disabled are nothing abnormal in society

Delft, the Netherlands (ANTARA News) - People with disabilities are normal part of human diversity that should get equal treatment from the society, a researcher in the field of education for the disabled, Beatriz Miranda, has said.
"Persons with disabilities are normal part of the diversity of our society and the environment," Beatriz who is a researcher at Vrije University, Amsterdam, the Netherlands, said at a colloquium organized by the Indonesian Students Association (PPI) Delft here Friday (17/5).
According to Beatriz, who is the study manager of SARI (Assessment and Reduction of Stigma Impact) project, the assumption of being incapable for the people with physical disabilities came up due to the society`s inadequate understanding and the environment that do not support the existence of the disabled.
"The inability to afford is the result of the interaction between the disabled and the society who does not understand how to deal with the disabled, and because the environment does not meet their needs, so it is not due to their disabilities," Beatriz explained.

Equality
On the same occasion, a doctoral candidate at Vrije University, Amsterdam, the Netherlands, Mimi Lusli Mariani who suffers visual impairment, said the lack of vision does not make her passive and unable to get in touch with the society.
"I cannot see but I can speak, hear, walk. I can do things that are usually done by people who can see," said Mimi who started having retinitis pigmentosas or retinal degeneration since she was 10 years old due to genetic factors.
So that, according to her, people with disabilities should be treated equally as members of the community without losing their rights in the society such as that on education to the highest level and access to services on basic needs.
The dealings to the disabled are formulated by the United Nations through the convention on the rights of persons with disabilities.

Mimi, Kartini Kini


Memasuki kelas empat sekolah dasar, prestasi Mimi Mariani Lusli terus mengalami penurunan akibat penglihatannya yang tak sempurna. Keadaan ini membuat wanita yang akrab disapa Mimi ini harus berhenti sekolah karena kondisinya semakin sulit untuk memahami pelajaran.
Saat itu keluarga Mimi mulai mengupayakan kesembuhan bagi sang anak, mulai dari dokter hingga pengobatan alternatif semua dijalani. Semakin hari impian Mimi akan kesembuhan malah kian terasa jauh, kondisi matanya malah semakin memburuk.
"Saat remaja merayakan ulang tahun ke 17 saya ingin sekali kembali bersekolah, tapi saat itu pula yang sangat menyakitkan bagi saya, dokter mendiagnosis saya mengalami kebutaan total dan tidak bisa diobati," kata wanita kelahiran 17 Desember 1962 itu ketika ditemui di rumahnya di Jembatan Lima, Jakarta Barat, Jumat (19/4/2013).
Vonis yang menyakitkan itu membuat Mimi berfikir untuk memulai hidup baru. Sejak saat itu Mimi mulai kembali tergerak untuk belajar huruf braile, melanjutkan pendidikan SMP dan SMA hingga akhirnya ia meraih gelar sarjananya di IKIP Santa Dharma Jogja pada 1989.
Berbekal ijazah S1, wanita yang menyukai warna oranye ini mulai mencoba mencari pekerjaan. "Saya mulai melamar pekerjaan di beberapa perusahaan namun tak kunjung mendapatkan hasil, sepertinya saya merasa tak ada tempat bagi tunanetra untuk memperoleh pekerjaan formal," kata anak ketiga dari empat bersaudara ini.

Perusahaan Diminta Berikan Aksesibilitas kepada Penyandang Disabilitas

“Di setiap perusahaan pasti ada jenis pekerjaan yang cocok untuk orang yang tidak bisa melihat, orang tidak berjalan, tidak mendengar dan sebagainya".
Jakarta - Para penyandang disabilitas (orang dengan kemampuan terbatas) meminta Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemnakertrans) agar membuat peraturan yang memudahkan penyandang disabilitas untuk bisa bekerja di perusahaan bahkan menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
“Orang-orang penyandang disabilitas seperti saya bukan tidak bisa bekerja tetapi karena tak diberi kesempatan sehingga tak bisa bekerja,” kata Direktur Eksekutif  Mimi Institute, Mimi Mariani Lusli.
Alumnus Fakultas Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta ini tidak bisa melihat. Ia mengatakan itu dalam acara diskusi dengan tema, ”Mempromosikan Hak-Hak Penyandang Disabilitas di Tempat Kerja” di Gedung Kemnakertrans, Jakarta, Selasa (5/2).
Turut hadir dalam acara itu adalah Menakertrans, Muhaimin Iskandar; para Dirjen di Kemnakertrans,  Direktur ILO Kantor Jakarta, Peter van Rooij.
Mimi mengatakan, orang menyandang disabilitas bukan karena kehendaknya tetapi merupakan kehendak Tuhan. Orang menyandang disabilitas, lanjut Mimi, bukan berarti tidak berbuat apa-apa. Seperti dirinya tak bisa melihat tetapi ia bisa berjalan, bisa mendengar, bisa berbuat apa saja dengan tangannya, otaknya sehat, dan sebagainya.
“Saat ini saya sedang mengambil S3 dalam bidang Kesehatan Masyarakat di sebuah Universitas di Amsterdam, Belanda,” kata Mimi.
Menurut Mimi, yang harus dilakukan kepada orang-orang penyandang disabilitas adalah memberikan motivasi, harapan, kesempatan dan aksesibilitas atau kemudahan.
Ia meminta semua perusahaan swasta dan kantor pemerintah agar memberikan kuota untuk penyandang disablitas bekerja.
“Di setiap perusahaan pasti ada jenis pekerjaan yang cocok untuk orang yang tidak bisa melihat, orang tidak berjalan, tidak mendengar dan sebagainya,” kata dia.

Berikan Aksesibilitas bagi Penyandang Disabilitas

[JAKARTA] Para penyandang disabilitas (orang dengan kemampuan terbatas) meminta Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemnakertrans) agar dibuat peraturan yang memudahkan penyandang disabilitas untuk bisa bekerja di perusahaan bahkan menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
“Orang-orang penyandang disabilitas seperti saya bukan tidak bisa bekerja tetapi karena tak diberi kesempatan sehingga tak bisa bekerja,” kata Direktur Eksekutif  Mimi Institute, Mimi Mariani Lusli.
Alumnus Fakultas Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta ini tidak bisa melihat. Ia mengatakan itu dalam acara diskusi dengan tema,”Mempromosikan Hak-Hak Penyandang Disabilitas di Tempat Kerja” di Gedung Kemnakertrans, Jakarta, Selasa (5/2).
Turut hadir dalam acara itu adalah Menakertrans, Muhaimin Iskandar; para Dirjen di Kemnakertrans,  Direktur ILO Kantor Jakarta, Peter van Rooij.   Mimi mengatakan, orang menyandang disabilitas bukan karena kehendaknya tetapi merupakan kehendak Tuhan.
Orang menyandang disabilitas, lanjut Mimi, bukan berarti tidak berbuat apa-apa. Seperti dirinya tak bisa melihat tetapi ia bisa berjalan, bisa mendengar, bisa berbuat apa saja dengan tangannya, otaknya sehat, dan sebagainya. “Saat ini saya sedang mengambil S3 dalam bidang Kesehatan Masyarakat di sebuah Universitas di Amsterdam, Belanda,” kata Mimi.
Menurut Mimi, yang harus dilakukan kepada orang-orang penyandang disabilitas adalah memberikan motivasi, harapan, kesempatan dan aksesibilitas atau kemudahan.   Ia meminta semua perusahaan swasta dan kantor pemerintah agar memberikan kuota untuk penyandang disablitas bekerja. “Di setiap perusahaan pasti ada jenis pekerjaan yang cocok untuk orang yang tidak bisa melihat, orang tidak berjalan, tidak mendengar dan sebagainya,” kata dia.  

Disability Sensitivity Training bagi pejabat di Kemenakertrans(5 Februari 2013)


Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar menyapa para penyandang disabilitas yang menjadi tim narasumber saat pembukaan acara 'Sesi interaktif dalam rangka mempromosikan hak-hak penyandang disabilitas di tempat kerja' di kantor Kemenakertrans, Jakarta, Selasa (5/2/2013). Acara ini diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran dan rasa kepedulian terhadap isu pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas khususnya di bidang ketenagakerjaan.
sumber: http://foto.detik.com/readfoto/2013/02/05/125424/2161498/157/2/muhaimin-...

Adakah Masa Depan bagi Remaja Berkebutuhan Khusus?

Apakah Anda orang tua yang memiliki Anak berkebutuhan Khusus?
Atau Anda adalah guru  yang memiliki murid  berkebutuhan khusus?
Kelak usia mereka bertambah dan tumbuh kembang menjadi seorang remaja,
Apa yang mereka butuhkan untuk masa depannya?
Akademik kah? Life skill kah? Bimbingan karier kah? Vokasional kah?

Remaja  putera/puteri Berkebutuhan Khusus berhak mengembangkan potensinya dan mencapai impiannya. Lalu, dengan kekhususan akibat disabilitas tertentu yang dimiliki, bagaimana kita sebagai orangtua dan guru mempersiapkan masa depan mereka?
Subscribe to Mimi Institute RSS